Jumat, 03 Agustus 2018

DASYATNYA Limbah Pertanian Untuk Pakan Ternak



Pakan adalah salah satunya aspek penting, dalam semua usaha peternakan, baik ternak ruminansia ataupun ternak unggas. Besarnya dampak pakan pada produksi mengakibatkan cost yang di keluarkan untuk pakanpun tidak dapat dipandang mudah. Seputar 60 – 80 persen dari keseluruhnya cost produksi dipastikan oleh aspek cost pakan (Djanah, 1985). Efisiensi pada pemrosesan pakan memiliki makna yang begitu terpenting untuk mendesak cost pakan. Salah satunya langkah yang bisa dikerjakan yaitu dengan ganti bahan pakan yang relatif mahal dengan bahan yang relatif murah namun masih tetap memerhatikan nilai gizi serta ketersediaan bahan alternatif. 

Supply bahan baku pakan ternak sejumlah besar masih tetap bergantung berbahan import, seperti jagung kuning, bungkil kedelai, pollard, tepung ikan serta bahan yang lain. Persoalan yang seringkali muncul merupakan jika berlangsung gejolak harga pada bahan baku itu. Ketergantungan bahan baku pakan import sebenarnya tak perlu berlangsung jika pengadaan bahan pakan dengan nasional dapat diatasi. Hal itu dapat diakali dengan penyediaan bahan baku pakan lokal atau menukar beberapa bahan baku pakan itu dengan bahan substitusi (pilihan) yang ketersediaannya lumayan memadai di sejumlah daerah di Indonesia (Alamsyah R, 2005). Diluar itu, bahan baku pakan atau pakan yang dikasihkan pada ternak sebaiknya terjamin kualitas serta keamanannya (feed savety), begitupun langkah membuatnya harus juga sama dengan keperluan ternak. Hal itu mempunyai tujuan supaya pakan yang dikonsumsi ternak tidak beresiko serta tidak merugikan ternak, hingga bisa merugikan peternak tersebut.  

Dikabupaten Bangka Barat, peningkatan peternakan selalu dikerjakan lewat program penambahan populasi ternak, diantaranya ternak ruminansia. Untuk mensupport program itu karena itu dibutuhkan daya dukung sumber pakan yang ideal, baik kualitas ataupun kuantitasnya. Keperluan pakan ternak yang ada diwilayah Kabupaten Bangka Barat sekarang ini dipenuhi peternak dengan manfaatkan rumput alam yang tumbuh di sekitar peternakan mereka. Cuma dikit peternak yang sudah menanam rumput unggul seperti rumput gajah. Sedang untuk ternak unggas, pakan yang dikasihkan sejumlah besar dihadirkan dari luar daerah. Untuk menanggulangi persoalan tersebut, diantaranya yaitu dengan mencari pilihan pakan alternatif hingga bisa mendesak cost produksi yang perlu di keluarkan. 

KEBUTUHAN PAKAN TERNAK 

Kesuksesan usaha peternakan dipastikan oleh keadaan pakan yang dikasihkan pada ternak. Pakan yang dikasihkan tidak cuma untuk menangani perasaan lapar tapi harus juga betul-betul berguna untuk keperluan hidup, membuat beberapa sel baru, menukar beberapa sel yang sudah rusak, serta untuk berproduksi. 

Menurut Widayati serta Widalestari (1996), pakan ternak bisa dikelompokkan menurut asal, manfaat serta bentuk fisiknya. 

Menurut aslinya, pakan ternak bisa dibagi jadi dua grup yakni, pakan yang datang dari hewan serta pakan yang datang dari tumbuh-tumbuhan. 
Menurut fungsinya, pakan ternak bisa dikelompokkan jadi delapan grup, yakni : hijauan kering, hijauan fresh atau pasture, silase, pakan sumber energy, pakan sumber protein, pakan sumber mineral, pakan sumber vitamin, serta pakan penambahan. 
Menurut bentuk fisiknya, pakan ternak bisa dikelompokkan jadi tiga, yakni makanan berbutir, makanan berupa tepung, serta makanan berupa cairan. 
Dalam pilih bahan pakan, ada banyak hal yang perlu dilihat, diantaranya : 

Memiliki kandungan zat gizi/nutrisi yang diperlukan ternak 
Gampang didapat serta sebisa mungkin ada didaerah seputar hingga tidak memunculkan permasalahan biaya transportasi serta kesusahan mencarinya. 
Terjamin ketersediaannya selama waktu serta dalam jumlahnya yang cukuplah. 
Disenangi oleh ternak. 
Harga bahan pakan dapat dijangkau. 
Bahan pakan tidak berkompetisi dengan keperluan manusia. 
Tidak memiliki kandungan toksin serta tidak dipalsukan. 

LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN TERNAK 

Pakan dalam lakukan usaha budidaya ternak, adalah salah satunya fasilitas produksi yang sangat terpenting serta begitu strategis, karena kecukupan serta kualitasnya yang dengan cara langsung berkorelasi dengan performan ternak. Terbatasnya pakan bisa mengakibatkan daya tampung ternak dalam satu daerah alami penurunan atau bisa mengakibatkan masalah produksi serta reproduksi. Hal seperti ini bisa diatasi jika kemampuan pertanian/industri ataupun sampahnya bisa dimaksimalkan penggunaannya menjadi bahan pakan ternak. Pemakaian bahan pakan pilihan semestinya memperhitungkan banyak hal, diantaranya bahan pakan itu ada pada sebuah tempat dalam jumlahnya yang banyak, hingga untuk mendapatkannya tidak memerlukan cost yang besar. 

Sampah merupakan bekas atau hasil ikut-ikutan dari produk utama sampah. Sampah pertanian merupakan sisi tanaman pertanian di atas tanah atau sisi pucuk, batang yang tersisa sesudah dipanen atau diambil hasil utamanya serta adalah pakan pilihan yang dipakai menjadi pakan ternak (Yani, 2011). Beberapa hasil ikut-ikutan pertanian bisa jadikan menjadi sumber bahan pakan baru baik untuk ternak ruminansia ataupun ternak unggas. Sumber sampah pertanian didapat dari komoditi tanaman pangan, serta ketersediaanya di pengaruhi oleh alur tanam serta luas area panen dari tanaman pangan di satu lokasi. Type sampah pertanian menjadi sumber pakan diantaranya : sampah tanaman padi, tanaman jagung, tanaman kedelai, tanaman kacang tanah, tanaman ubi kayu, tanaman ubi jalar, dan lain-lain. 

Tanaman Padi 

Padi (beras) adalah salah satunya makanan pokok di Indonesia. Pemakaian padi menjadi pakan ternak terpenting ternak unggas begitu berkompetisi dengan keperluan manusia. Namun sampah dari tanaman padi begitu punya potensi untuk jadikan pakan ternak. Sampah itu berbentuk jerami, dedak, serta bekatul. 

Jerami padi bisa digunakan menjadi pakan ternak ruminansia. Pemakaian jerami padi menjadi pakan ternak sudah umum dikerjakan di daerah tropik, terpenting menjadi makanan ternak pada musim kemarau. Jumlahnya jerami yang dibuat pada sebuah hektar padi sawah merupakan sekitar 1, 44 kali dari jumlahnya hasil panennya (Kim and Dale, 2004 dalam http :// agroteknomandiri. blogspot. com/2012). Dengan tahu jumlahnya jerami yang dibuat karena itu bisa di ketahui juga daya tampung ternak pada sebuah hektar sawah dalam setahun. Menjadi contoh perhitungannya merupakan seperti berikut : 
Produksi padi sawah tadah hujan/rawa dengan anggapan panen 1 kali dalam setahun dengan hasil rata-rata sekitar 4 ton/ha, karena itu jumlahnya jerami yang dibuat sekitar = 1, 44 x 4 = 5, 76 ton/ha. 
Bila mengkonsumsi ternak /hari sekitar 8 kg/ekor/hari karena itu mengkonsumsi ternak perekor/tahunnya merupakan sekitar 1 tahun =8 kg x 365 hari=2920 kg/tahun 
Karena itu setiap hektar = 5760 kg/ha : 2920 kg/tahun = 1, 97 dibulatkan jadi 2 ekor ternak/ha/tahun. 
Jika disaksikan dari daya tampung ternak karena itu kemampuan jerami padi menjadi pakan ternak bisa diaplikasikan di Kabupaten Bangka Barat. Tidak hanya kemampuan ketersedian bahan bakunya pemakaian jerami padi menjadi makanan ternak alami masalah terpenting dikarenakan ada aspek pembatas dengan nilai nutrisi yang rendah yakni kandungan protein rendah, serat kasar tinggi, dan kecernaan rendah. Untuk menangani hal itu karena itu pemakaian jerami padi menjadi pakan ternak ruminansia butuh diefektifkan, yakni dengan dikerjakan lewat cara menambahkan suplemen atau bahan penambahan lainnya supaya kelengkapan nilai nutrisinya bisa penuhi keperluan hidup ternak dengan komplet sekaligus juga tingkatkan daya cerna pakan (Rahadi. S, 2008). 


Dedak serta bekatul menjadi sampah dari penggilingan padi, bisa digunakan menjadi pakan ternak unggas serta ternak ruminansia. Jumlahnya dedak yang dibuat bergantung pada langkah pemrosesan. Dedak kasar bisa dibuat sekitar 14, 44%, dedak halus sekitar 26, 99%, bekatul sekitar 3% serta 1-17% menir dari berat gabah kering (Laporan Akhir Peningkatan Tehnologi Pakan Ternak di Kabupaten Bangka Barat, 2014). Di Kabupaten Bangka Barat, berdasar pada hasil analisis laboratorium Balai Pengujian Kualitas serta Sertifikasi Pakan (2014), kandungan protein kasar dalam dedak padi merah cukuplah tinggi, yakni sebesar 11, 57%. Sedang kandungan serat kasarnya cukuplah tinggi yakni sebesar 14, 78%. Untuk dedak padi putih kandungan protein kasarnya sebesar 7, 41%, sedang serat kasarnya tinggi sekali yakni sebesar 29, 86%. Tingginya kandungan serat kasar itu adalah pemicu kurangnya pemakaian dedak dalam ransum ternak, terpenting ternak unggas. 

Tanaman Jagung 
Sesudah produk utamanya dipanen hasil ikut-ikutan tanaman jagung bisa jadikan menjadi pakan ternak ruminansia, yakni berbentuk jerami, klobot serta tongkol jagung baik sebelum atau setelah lewat proses pemrosesan. Jumlahnya produk ikut-ikutan jagung bisa didapat dari unit luas tanaman jagung pada 2, 5-3, 4 ton bahan kering per hektar yang dapat menyiapkan bahan baku sumber serat/alternatif hijauan untuk 1 unit ternak (berat hidup sama dengan 250 kg dengan mengkonsumsi pakan kering 3% berat hidup) dalam satu tahun (http :// agroteknomandiri. blogspot. com/2012). 

Tanaman Ubi Kayu 
Tanaman ubi kayu (Cassava) adalah makanan pokok nomer tiga sesudah padi serta jagung di Indonesia. Tanaman ini adalah tanaman tropis yang mungkin serta begitu terpenting menjadi pakan ternak sumber daya (umbi) serta protein (daun) dalam jumlahnya besar. Sampah tanaman ubi kayu yang bisa digunakan menjadi pakan ternak terdiri jadi 2 sisi, yakni : 1). Datang dari tempat pertanian, berbentuk daun ubi kayu sesudah waktu panen. Produksi biomass hijauan ubikayu terdiri atas daun, tangkai daun serta batang. Hasil riset yang dikerjakan oleh Wanapat et al. (2002) dalam Sirait J serta K. Simanihuruk, 2010) tunjukkan produksi daun adalah pembagian paling tinggi, yaitu sebesar 61, 6 persen pada pemanenan yang dikerjakan waktu tanaman berusia 4 bulan dengan tinggi pemotongan seputar 40 cm di atas permukaan tanah dari keseluruhan produksi bahan kering sebesar 1. 434 kg/ha. 2). Datang dari pabrik pemrosesan ubi kayu jadi tepung tapioka atau industri makanan berbentuk kulit ubi kayu, potongan-potongan yang tidak dapat masuk ke mesin penggiling serta onggok. Namun pemakaian umbi serta daun ubi kayu dalam ransum ternak cukuplah hanya terbatas karena ada aspek pembatas berbentuk toksin asam sianida (HCN). Beberapa proses pemrosesan yang bisa dikerjakan untuk turunkan kandungan HCN dalam ubi kayu merupakan pengeringan, perendaman, perebusan, fermentasi serta gabungan proses-proses ini. Sedang untuk daunnya, kandungan HCN bisa di turunkan dengan pengeringan, perebusan atau menambahkan metionin atau senyawa lainnya yang memiliki kandungan sulfur. Pemakaian ubi kayu dalam ransum ternak unggas sebesar 5-10% serta untuk ternak ruminansia sebesar 40-90% (Laporan Akhir Pekerjaan Peningkatan Tehnologi Pakan Ternak, 2014). 

Sampah dari tanaman ubi kayu yang disebut hasil sambilan dari industri tapioka merupakan onggok. Onggok mempunyai nilai gizi dikit lebih rendah dari ubi kayu, namun memiliki kandungan BETN yang relatif tinggi hingga bisa dipakai menjadi bahan baku pakan sumber daya buat ternak. 



Tanaman Lainnya 
Menurut Widayati serta Widalestari (1996), sampah pertanian yang lain yang bisa digunakan menjadi pakan simpatisan untuk ternak terpenting ternak ruminansia diantaranya kulit buah nanas, bungkil kacang tanah, pucuk tebu, jerami kedele, jerami ketela rambat, jerami kacang tanah dan sampah berbentuk sayur-sayuran yang tidak termanfaatkan untuk manusia. 

Limbah-limbah pertanian itu rata-rata mempunyai kandungan serat kasar yang tinggi, akan tetapi ketersediaannya cukuplah melimpah dialam hingga memerlukan pemakaian yang selanjutnya dengan sentuhan tehnologi yang bisa merubah bahan baku itu jadi pakan bergizi serta sumber daya buat ternak hingga bisa digunakan menjadi bahan pakan terpenting ternak ruminansia.

Sumber : http://portal.bangkabaratkab.go.id/content/pemanfaatan-limbah-pertanian-sebagai-pakan-ternak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar